Langsung ke konten utama

Syawalanovasi, Halal Bihalal Virtual Kelas Inovasi.

Kita sangat bersyukur sekali, karena di tahun ini kita bisa berlebaran lagi bersama sanak saudara, tetangga, dan teman-teman kita dengan lebih leluasa. Setelah dua tahun lewat, dikungkung oleh pandemi. Jangankan untuk mudik, untuk beranjangsana ke tetangga pun agak kesusahan. Meskipun begitu, kita tetaplah bersyukur. Di tengah situasi tersebut, kita mendapat beragam hikmah. Salah satunya adalah percepatan digitalisasi dunia pendidikan.

Mungkin banyak yang mengira proses digitalisasi pendidikan di Indonesia akan berjalan lambat dan alot, namun dengan adanya wabah Covid-19 justru memicu lebih gegas pelaksanaannya. Walaupun masih diakui, di sana-sini masih ada yang tertatih-tatih dalam melangkah. Dan hal ini pun tak perlu dipersoalkan secara mendalam, sebab apapun yang baru selalu berdampak seperti itu. Jadi anggap saja ini suatu peristiwa yang lumrah dan alami. Tak perlu berlebihan dalam menyikapi.

Yang termasuk dalam digitalisasi di bidang pendidikan itu adalah pelaksanaan kegiatan seminar secara daring atau sering disebut dengan istilah webinar. Dengan adanya webinar itu, banyak manfaat yang dapat diraih. Dari tak perlu mencari lokasi strategis, mendapat jumlah peserta yang banyak, sampai biaya penyelenggaraan yang lebih murah. 

Hal ini tentu tak disia-siakan oleh PGRI. Keadaan itu ditangkap dan dijadikan peluang untuk meningkatkan kompetensi para pendidik. Yaitu dengan menyelenggarakan kelas online. Salah satunya adalan Kelas Inovasi. Di kelas ini, para guru "digembleng" untuk menjadi inovator (sekaligus motivator) di bidang pendidikan. Sehingga nantinya mampu menjadi motor penggerak pembaharuan. Baik dari level sekolah hingga global. 

Dan pada hari Jum'at, tanggal 13 Mei 2022 lalu, segenap tim penyelenggara kegiatan di Kelas Inovasi melakukan Syawalanovasi. Selain sebagai sarana untuk saling bermaaf-maafan, juga untuk me-review kegiatan di kelas tersebut yang sudah pernah dilaksanakan. Semoga dengan adanya kegiatan tersebur, muncul gagasan atau kritik perbaikan terhadap pelaksanaan Kelas Inovasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opening Ceremony yang Serak-serak Basah

Alhamdulillah, opening ceremony   atawa  upacara pembukaan Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, yang digelar malam ini berjalan sukses. Meskipun Om Jay tidak dapat hadir dan di awal-awal suara audionya grak-grek. Seserak suara saya, yang tiga hari ini dilanda radang tenggorokan. Bikin tidur malam tak nyaman. Dibuat makan juga tak enak, sebab lidah pun berkoalisi menciptakan rasa pahit.  Namun kepahitan ini tidak terjadi pada saat opening  itu. Hanya saja, sekali lagi saya, yang kurang konsen. Karena berpikir terlampau keras agar mulut ini tidak mengeluarkan suara uhuk-uhuk. Jadi mungkin saat mempresentasikan maupun menjawab pertanyaan dari peserta, kurang jelas.  Untungnya bapak dan ibu peserta yang hadir cerdas-cerdas. Wat-wet, sat-set,  responsif terhadap apa yang terjadi. Sehingga tidak terjadi pembicaraan yang ngelantur kesana-kesini-kesitu-kemari, apalagi sampai mengarah ke bullying  pun tidak ada.  Jadi pembukaan ini menjadi berkah ki...

Materi 4 Maret 2022

Bagi bapak dan ibu peserta Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, untuk materi pertemuan pertama, tanggal 4 Maret 2022 ini, dapat mengklik tautan di bawah ini untuk mengunduhnya: Materi Pertemuan 4 Maret 2022 Sedangkan untuk melihat kegiatan webinarnya ada di tautan berikut:  Video Pertemuan 4 Maret 2022

Pertemuan Keenam Mempopulerkan Inovasi dengan Nama Sendiri

Hari-hari ini gempuran " singkatan" begitu gencar. Apalagi banyak layanan yang berasal dari pemerintah pun ikut-ikutan. Jadi mau tak mau setiap saat kita dicekoki oleh "singkatan". Baik itu yang tertera di media massa, media sosial, maupun di spanduk-spanduk di sepanjang jalan yang kita lewati.  Hal ini juga mengimbas pada penemuan atau kita sebut inovasi, di bidang pendidikan. Banyak inovasi yang menggunakan "singkatan". Baik karena alasan untuk lebih mempermudah mengingat sampai untuk memberi kesan luar biasa.  Meskipun begitu belum banyak yang menggunakan " nama penciptanya" sebagai pemendekan dari penemuan tersebut. Padahal ini jika dipakai, paling tidak mengesankan bahwa karya penemuan tadi tidak bermula dari sebuah plagiasi. Di samping itu, juga sebagai branding  dari sang penemunya. Dan hal ini telah ditempuh oleh Bu Emi Sudarwati. Kali ini dalam webinar Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, tanggal 8 April 2022, beliau memaparkan in...