Langsung ke konten utama

Pertemuan Ketiga, Inovasi dari Sebuah Keterbatasan

Kita sebagai guru sering "berkhayal" tentang betapa enaknya, betapa nikmatnya mempunyai murid yang nurut-nurut juga pandai. Selain itu juga "melamunkan" memiliki kepsek yang santun, sarpras yang bagus, dan lingkungan yang mendukung. Tetapi khayalan dan lamunan itu dapatkah terwujud? 

Dapat saja terwujud, asalkan dijalankan dengan kerja keras dan ketekunan. Tapi lagi-lagi dasarnya tukang berkhayal dan melamun, itu semua hanyalah mimpi. Sebab tahu sendiri kan, yang namanya tukang berkhayal dan melamun, iya hanya berhenti di angan-angan. Dan tidak sungguh-sungguh membumikan dalam kenyataan.

Padahal kalau mau apapun bisa terjadi. Kesulitan dan keterbatasan bukanlah alasan untuk dijadikan pedoman hidup. Malahan hal itu memunculkan banyak solusi dan motivasi. Dan ini ada buktinya. Bagaimana seorang guru yang mengajar di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) membidani banyak penemuan di bidang pengajaran. Dan akhirnya hal itu melahirkan banyak penghargaan. 

Beliau tak lain adalah Bapak Edi Arham. Seorang guru sekolah dasar yang berasal dari Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dan pada pertemuan ketiga di Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1 ini, membagikan pengalamannya dalam mengembangkan inovasi pembelajaran serta bagaimana mempublikasikannya.

Sumber gambar: kseuinjkt.or.id

Komentar

  1. Iya,p Ajun sy sangat bangga dan ambil pelajaran dari p Edi Arham ,pantas dan mang sudah seharusnya p Edi mendapat apa yang sekarang di dapatkan ,emang delemanya ,siswa yang sebelum covid 19 masih kurang dalam proses belajar ini ,apalagi sekarang tambah parah dan sangat menghawatirkan orang tua dan guru .bagus jaman serba janggi namun cara menggunakannya yang kurang tepat dan tidak sesuai atau tidak tepat yang dia cari di google atau di hp ,malah guru guru yang betul belajar dan berjuang untuk semua bidang ,yang nanti akan di trasfer ke siswa atau guru belajar lagi ,kalau mau akan tetapi banyak juga teman yang masih muda belum bangkit , he he๐Ÿ˜

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opening Ceremony yang Serak-serak Basah

Alhamdulillah, opening ceremony   atawa  upacara pembukaan Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, yang digelar malam ini berjalan sukses. Meskipun Om Jay tidak dapat hadir dan di awal-awal suara audionya grak-grek. Seserak suara saya, yang tiga hari ini dilanda radang tenggorokan. Bikin tidur malam tak nyaman. Dibuat makan juga tak enak, sebab lidah pun berkoalisi menciptakan rasa pahit.  Namun kepahitan ini tidak terjadi pada saat opening  itu. Hanya saja, sekali lagi saya, yang kurang konsen. Karena berpikir terlampau keras agar mulut ini tidak mengeluarkan suara uhuk-uhuk. Jadi mungkin saat mempresentasikan maupun menjawab pertanyaan dari peserta, kurang jelas.  Untungnya bapak dan ibu peserta yang hadir cerdas-cerdas. Wat-wet, sat-set,  responsif terhadap apa yang terjadi. Sehingga tidak terjadi pembicaraan yang ngelantur kesana-kesini-kesitu-kemari, apalagi sampai mengarah ke bullying  pun tidak ada.  Jadi pembukaan ini menjadi berkah ki...

Materi 4 Maret 2022

Bagi bapak dan ibu peserta Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, untuk materi pertemuan pertama, tanggal 4 Maret 2022 ini, dapat mengklik tautan di bawah ini untuk mengunduhnya: Materi Pertemuan 4 Maret 2022 Sedangkan untuk melihat kegiatan webinarnya ada di tautan berikut:  Video Pertemuan 4 Maret 2022

Pertemuan Keenam Mempopulerkan Inovasi dengan Nama Sendiri

Hari-hari ini gempuran " singkatan" begitu gencar. Apalagi banyak layanan yang berasal dari pemerintah pun ikut-ikutan. Jadi mau tak mau setiap saat kita dicekoki oleh "singkatan". Baik itu yang tertera di media massa, media sosial, maupun di spanduk-spanduk di sepanjang jalan yang kita lewati.  Hal ini juga mengimbas pada penemuan atau kita sebut inovasi, di bidang pendidikan. Banyak inovasi yang menggunakan "singkatan". Baik karena alasan untuk lebih mempermudah mengingat sampai untuk memberi kesan luar biasa.  Meskipun begitu belum banyak yang menggunakan " nama penciptanya" sebagai pemendekan dari penemuan tersebut. Padahal ini jika dipakai, paling tidak mengesankan bahwa karya penemuan tadi tidak bermula dari sebuah plagiasi. Di samping itu, juga sebagai branding  dari sang penemunya. Dan hal ini telah ditempuh oleh Bu Emi Sudarwati. Kali ini dalam webinar Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, tanggal 8 April 2022, beliau memaparkan in...