Langsung ke konten utama

Pertemuan Kedelapan, Keteladanan Guru yang Dibalut dengan Nuansa Religius

Sebagaimana kita ketahui, guru adalah sosok utama dalam sistem pengajaran. Tanpanya, proses pengajaran akan mandek dan tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Makanya daripada itu, bagi siapapun yang tergerak untuk menjadi calon guru haruslah mempunyai keinsyafan. Keinsyafan akan sebuah misi penting untuk memperadabkan manusia. Sehingga guru tidak saja dipandang sebagai bagian dari profesi dalam kehidupan sehari-hari. Namun lebih daripada itu. Menggerakkan kedinamisan dalam pola pikir, yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. 

Sebab tanpa itu, perikehidupan manusia akan jauh dari kebajikan dan kebahagiaan. Manusia akan terjebak pada perilaku kesewenang-wenangan sekaligus kehampaan dalam mengikuti roda kehidupan. Hidupnya penuh ini kekosongan. Dan apabila diteruskan, perlahan namun pasti, manusia akan punah dengan sendirinya.

Tentu hal itu, tidak kita inginkan saat ini. Oleh karena itu, baik kita yang sudah menjadi guru maupun yang belum, wajib menyadari bahwa ada tanggung jawab yang dipikulkan di pundak kita. Tanggung jawab untuk ngemong dengan sebaik-baiknya tunas bangsa, sebagai generasi penerus. Sehingga apapun tingkah kita harus diproyeksikan untuk menjadi sosok yang mencitrakan kemampuan dalam segi teoritik maupun praktik. Makanya tak salah, apabila dicocoklogikan, guru adalah kependekan dari digugu lan ditiru (dipatuhi dan diteladani). 

Sumber: Kompas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opening Ceremony yang Serak-serak Basah

Alhamdulillah, opening ceremony   atawa  upacara pembukaan Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, yang digelar malam ini berjalan sukses. Meskipun Om Jay tidak dapat hadir dan di awal-awal suara audionya grak-grek. Seserak suara saya, yang tiga hari ini dilanda radang tenggorokan. Bikin tidur malam tak nyaman. Dibuat makan juga tak enak, sebab lidah pun berkoalisi menciptakan rasa pahit.  Namun kepahitan ini tidak terjadi pada saat opening  itu. Hanya saja, sekali lagi saya, yang kurang konsen. Karena berpikir terlampau keras agar mulut ini tidak mengeluarkan suara uhuk-uhuk. Jadi mungkin saat mempresentasikan maupun menjawab pertanyaan dari peserta, kurang jelas.  Untungnya bapak dan ibu peserta yang hadir cerdas-cerdas. Wat-wet, sat-set,  responsif terhadap apa yang terjadi. Sehingga tidak terjadi pembicaraan yang ngelantur kesana-kesini-kesitu-kemari, apalagi sampai mengarah ke bullying  pun tidak ada.  Jadi pembukaan ini menjadi berkah kita semia. Sebab niatan "mendirikan

Materi 4 Maret 2022

Bagi bapak dan ibu peserta Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, untuk materi pertemuan pertama, tanggal 4 Maret 2022 ini, dapat mengklik tautan di bawah ini untuk mengunduhnya: Materi Pertemuan 4 Maret 2022 Sedangkan untuk melihat kegiatan webinarnya ada di tautan berikut:  Video Pertemuan 4 Maret 2022

Pertemuan Keenam Mempopulerkan Inovasi dengan Nama Sendiri

Hari-hari ini gempuran " singkatan" begitu gencar. Apalagi banyak layanan yang berasal dari pemerintah pun ikut-ikutan. Jadi mau tak mau setiap saat kita dicekoki oleh "singkatan". Baik itu yang tertera di media massa, media sosial, maupun di spanduk-spanduk di sepanjang jalan yang kita lewati.  Hal ini juga mengimbas pada penemuan atau kita sebut inovasi, di bidang pendidikan. Banyak inovasi yang menggunakan "singkatan". Baik karena alasan untuk lebih mempermudah mengingat sampai untuk memberi kesan luar biasa.  Meskipun begitu belum banyak yang menggunakan " nama penciptanya" sebagai pemendekan dari penemuan tersebut. Padahal ini jika dipakai, paling tidak mengesankan bahwa karya penemuan tadi tidak bermula dari sebuah plagiasi. Di samping itu, juga sebagai branding  dari sang penemunya. Dan hal ini telah ditempuh oleh Bu Emi Sudarwati. Kali ini dalam webinar Kelas Inovasi PGRI Gelombang 1, tanggal 8 April 2022, beliau memaparkan in