Sebagaimana kita ketahui, guru adalah sosok utama dalam sistem pengajaran. Tanpanya, proses pengajaran akan mandek dan tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Makanya daripada itu, bagi siapapun yang tergerak untuk menjadi calon guru haruslah mempunyai keinsyafan. Keinsyafan akan sebuah misi penting untuk memperadabkan manusia. Sehingga guru tidak saja dipandang sebagai bagian dari profesi dalam kehidupan sehari-hari. Namun lebih daripada itu. Menggerakkan kedinamisan dalam pola pikir, yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Sebab tanpa itu, perikehidupan manusia akan jauh dari kebajikan dan kebahagiaan. Manusia akan terjebak pada perilaku kesewenang-wenangan sekaligus kehampaan dalam mengikuti roda kehidupan. Hidupnya penuh ini kekosongan. Dan apabila diteruskan, perlahan namun pasti, manusia akan punah dengan sendirinya.
Tentu hal itu, tidak kita inginkan saat ini. Oleh karena itu, baik kita yang sudah menjadi guru maupun yang belum, wajib menyadari bahwa ada tanggung jawab yang dipikulkan di pundak kita. Tanggung jawab untuk ngemong dengan sebaik-baiknya tunas bangsa, sebagai generasi penerus. Sehingga apapun tingkah kita harus diproyeksikan untuk menjadi sosok yang mencitrakan kemampuan dalam segi teoritik maupun praktik. Makanya tak salah, apabila dicocoklogikan, guru adalah kependekan dari digugu lan ditiru (dipatuhi dan diteladani).
Sumber: Kompas
Komentar
Posting Komentar